**********
Oleh. Alm RKH As'ad Sayamsul Arifin, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Kab Situbondo
(RKH As’ad bin Syamsul Arifin adalah pelaku sejarah berdirinya NU, beliaulah yang menjadi media penghubung dari Syaikhona Moh Kholil bin abdul latif Bangkalan yang memberi isyarat agar KH Hasyim Asyari mendirikan Jamiyah Ulama (Akhirnya bernama Nahdlatul Ulama).
Pidato ini awalnya berbahasa Madura dan berikut adalah translit selengkapnya)
*******
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahir rohmaanir rohiim,
Alhamdulillahi rabbil alamin was sholaatu was salaamu alaa asyrofil anbiyaa'i wal mursalin sayyidina muhamadin saw wa alaa alihii wa shohbihi ajmaiin,
Amma Ba'du.
Yang akan saya sampaikan pada anda semua tidak bersifat nasehat atau bersifat pengarahan, tapi saya cuma mau bercerita kepada anda semua.
Anda suka mendengarkan cerita saya.? (para Hadirin menjawab: Ya).
Kalau suka maka saya mau bercerita. Begini saudara-saudara sekalian. Tentunya yang hadir disini kebanyakan warga NU, ya? Ya? (para Hadirin menjawab: Ya).
Kalau ada selain warga NU tidak apa-apa ikut mendengarkan saja, yang saya sampaikan ini tentang NU, Nahdlatul Ulama. Karena saya ini orang NU, tidak boleh berubah-ubah, sudah NU sampai kapanpun tetap NU. Jadi saya mau bercerita kepada anda semua mengapa ada NU di Indonesia?.
Tentunya para muballigh-muballigh yang lain menceritakan isinya kitab, kalau saya tidak. Sekarang saya ingin bercerita tentang kenapa ada NU di Indonesia, apa sebabnya?
Tolong didengarkan ya, terutama para pengurus, pengurus Cabang, MWC, Ranting, kenapa ada NU di Indonesia.
Begini. Umat Islam di Indonesia ini mulai kira-kira 700 tahun dari sekarang, kurang lebih, para auliya', para pelopor-pelopor Rasulullah Saw ini yang masuk ke Indonesia membawa syariat Islam menurut aliran salah satu empat madzhab, yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi'e, Hambali).
Jadi, Ulama, para auliya', para pelopor Rasulullah Saw masuk ke Indonesia pertama kali yang dibawa adalah Islam menurut orang sekarang Islam Ahlussunah wal jamaah, syariat Islam dari Rasulullah saw yang beraliran salah satu empat madzhab. Khususnya Madzhab Syafi'i. Ini yang terbesar yang ada di Indonesia.
Madzhab-madzhab yang lain pun juga ada di indonesia, ini juga termasuk Islam Ahlussunnah wal jamaah.
Termasuk yang dibawa Walisongo, yang dibawa Sunan Ampel, termasuk Raden maulana malik ibrohim Asmoro ayahanda dari Sunan Ampel, termasuk Sunan Kalijogo, termasuk Sunan Gunung Jati. Semua ini adalah ulama-ulama pelopor yang masuk ke Indonesia, yang membawa syariat Islam Ahlussunnah wal jamaah.
Kira-kira tahun 1920.M, waktu saya mondok di Bangkalan (Madura), di pondoknya Kyai Kholil (Syaikhona Moh Kholil Demangan bangkalan).
Kira-kira tahun 1920.M, Kyai Muntaha Jengkebuan menantu dari Kyai Kholil, kedatangan tamu para ulama dari seluruh Indonesia. Secara bersamaan tidak dengan berjanji datang bersama, sejumlah sekitar 66 ulama dari seluruh Indonesia.
Masing-masing ulama melaporkan: "Bagaimana Kyai Muntaha, tolong sampaikan kepada Kyai Kholil, saya tidak berani menyampaikannya sendiri. ini semua sudah azam, berniat untuk sowan kepada Hadlratusy Syaekh kyai kholil. Namun tidak ada yang berani, kalau bukan anda yang menyampaikannya siapa lagi".
Kyai Muntaha menjawab: "Apa keperluannya wahai para ulama?".
Para Ulama itu berkata. "Begini kyai Muntaha, sekarang ini mulai ada kelompok-kelompok yang sangat tidak senang dengan ulama Salaf (salafus sholeh), tidak senang dengan kitab-kitab ulama Salaf. Mereka bilang "Yang diikuti hanya Quran dan Hadis saja, Yang lain tidak perlu diikuti". Bagaimana pendapat pelopor-pelopor Walisongo karena ini yang sudah berjalan di Indonesia. Sebab rupanya kelompok ini melalui kekuasaan pemerintah Jajahan Hindia Belanda. tolong kyai muntaha sampaikan masalah ini kepada Kyai Kholil". Pintanya.
Sebelum para tamu (ulama ulama) itu sampai ke kediaman Kyai Kholil di demangan dan masih berada di dhalem kyai muntaha Jengkebuan, Kyai Kholil sudah menyuruh Kyai Nasib untuk menemui para ulama-ulama itu.
Kyai kholil berkata. "Nasib, Kesini kamu, bilang kepada Muntaha, di Al Qur'an itu sudah ada keterangannya, itu sudah cukup:
يُرِيدُونَ لِيُطْفِؤُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ * (9-الصف).
Artinya "Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai" (As Shof.9)
Jadi kalau sudah dikehendaki oleh Allah SWT, maka kehendaknya yang akan terjadi, tidak akan gagal. Bilang ya kepada Muntaha". Kata kyai kholil kepada kyia Nasib.
(Kyai As'ad melanjutkan ceramahnya) "Jadi para tamu tamu ulama itu belum sowan sudah dijawab oleh Kyai (Kholil). Ini karomah namanya saudara saudara, belum datang sudah dijawab keperluannya oleh kyai kholil.
Jadi para ulama ulama itu tidak menyampaikan apa-apa lagi kepada kyai muntaha karena pertanyaanya sudah dijawab oleh kyai kholil. Akhirnya para ulama-ulama itu pamit mohon diri dan bersalaman kepada kyai muntaha, seraya berkata. "Saya puas sekarang kyai muntaha, belum sowan ke kyai kholil, hajat kami sudah dijawab". Katanya sambil pulang.
Pada Tahun 1921-1922.M, Diadakan musyawarah di Kawatan (Surabaya) di rumah Kyai Mas Alwi, para Ulama-ulama di seluruh pulau jawa berkumpul disana sebanyak antara 46-66 ulama. Mereka mereka bermusyawarah disana, termasuk Aba saya (RKH Syamsul Arifin), termasuk Kyai Sidogiri, termasuk Kyai Hasan Genggong, mereka mereka membahas masalah yg terjadi saat ini, seperti apa, seperti apa dan bagaimana… Dari Barat Kyai Asnawi Qudus, Ulama-ulama Jombang semua, Kyai Thohir, Para kyai² itu berkata… Tidak ada jadinya, tidak ada kesimpulan. Sampai tahun 1923,
kata kyai yang satu: "Mendirikan Jamiyah (organisasi)",
kata kyai yang lain: "Syarikat Islam ini saja diperkuat".
Kyai yang lain berkata. "Organisasi yang sudah ada saja diperkuat".
kyai as'ad melanjutkan. "Belum ada NU. (Sementara) yang lain sudah merajalela. Tabarruk-tabarruk sudah tidak boleh. Orang minta berkah ke sunan Ampel sudah tidak boleh. Minta syafaat ke nenek moyang sudah tidak boleh. Ini sudah tidak dikehendaki. Sudah ditolak semua oleh kelompok-kelompok tadi..
Kemudian ada salah satu ulama yang matur sama kyai: "Kyai saya menemukan satu sejarah asli tulisan Sunan Ampel. Beliau menulis seperti ini… (Kyai As'ad berkata. "Kalau tidak salah fulisan ini terbuat dari kertas kayu tebal. Saya masih kanak-kanak, Belum dewasa hanya mendengarkan saja)… : "Waktu saya (Sunan Ampel Raden Rahmatullah) disuruh ramah mengaji di Madinah, saya pernah pernah bermimpi bertemu Rasulullah Saw, beliau Saw seraya berkata kepada saya (Raden Rahmat): "Rahmat, Islam Ahlussunnah wal Jamaah ini bawa hijrah ke Indonesia ya, Karena di tempat kelahirannya ini (tanah haram madinah) sudah tidak mampu lagi melaksanakan Syariat Islam Ahlusunnah wal Jamaah. Bawa ke Indonesia ya". Sabda rasulullah Saw.
Kyai As'ad melanjutkan. "Jadi di Arab (waktu itu) sudah tidak mampu lagi melaksanakan syariat Islam Ahlusunnah wal Jamaah. Pada zaman Maulana rahmat sunan ampel, belum ada istilah Wahabi, belum ada istilah apa-apa.
Akhirnya para Ulama-ulama Indonesia ditugas melakukan wasiat sunan ampel ini. Kesimpulannya mari Istikharah. Jadi ulama berempat ini melakukannya. Ada yang ke Sunan Ampel. Ada yang ke Sunan Giri. Dan ke sunan-sunan yang lain. Paling tidak 40 hari. Dan Ada 4 orang yang ditugas ke Madinah ke makam Rasulullah Saw.
Akhirnya, pada tahun 1923.M semua ulama berkumpul, sama-sama melaporkan.
Hasil laporan ini tidak tahu siapa yang pegang. Apa Kyai Wahab hasbulloh, apa Kyai Bisri Syamauri. Insyaallah ada laporan lengkapnya disitu. Dulu saya pernah minta sama Gus Abdurrahman (Gus Dur) dan Gus Yusuf supaya dicari laporan itu.
Sesudah para ulama itu tidak menemukan kesimpulan. maka Pada Tahun 1924, Kyai (Kholil bangkalan) memanggil saya (kyai As'ad) Ya saya ini. Saya tidak bercerita orang lain. Saya sendiri yang dipanggil oleh kyai kholil.
Kyi kholil berkata. "As'ad, kesini kamu!"
Asalnya saya ini mengaji di pagi hari, dimarahi oleh kyai kholil, karena saya tidak bisa mengucapkan huruf Ra'. Saya ini pelat (cadal / lo'lak). Arrahman Arrahim…jadi Kyai marah:
Kyai kholil berkata. " As'ad Bagaimana kamu yang membaca al-Quran kok seperti ini? Disengaja apa tidak disengaja...?".
kyai As'ad menjawab. "saya Tidak sengaja Kyai. Saya ini pelat."
kemudian kyai kholil suruh membuka mulut saya, lalu kyai meludahi mulut saya..ajjuuuuh..
Subhanallah...Herannya esok harinya pelat saya ini hilang. Ini salah satu karomahnya Kyai kholil yang diberikan kepada saya.
Kedua, saya dipanggil lagi oleh kyai kholil:
kyai Kholil berkata. "Mana anak yang cadel kemarin itu? Sudah sembuh belom cadelnya?".
Kyai as'ad menjawab. "Sudah sembuh Kyai".
Kyai kholil berkata. "Kesini kamu As'ad, Besok kamu pergi ke rumah Hasyim Asyari Jombang. kamu Tahu rumahnya kan?".
Kyai As'ad menjawab. "Iya Tahu kyai".
Kyai kholil berkata. "Kok Kamu tahu? Apa kamu Pernah mondok disana?".
Kyai As'ad menjawab."Tidak kyai, cuma saya Pernah sowan kesana kyai".
Kyai kholil berkata. "Tongkat ini antarkan, dan berikan pada Hasyim Asy'ari ya. Ini tongkat kasih ke dia ya".
Kyai as'ad menjawab "Iya kyai".
Kyai kholil berkata. "Kamu punya uang?".
Kyai As'ad menjawab. "Tidak punya, kyai".
Kyai kholil berkata. "Ini saya kasih kamu uang ya".
Saya (kyai As'ad) diberi uang ringgit, uang perak yang bulat, lalu saya letakkan di kantong. Tidak saya pakai. Sampai sekarang pun uang itu masih ada. Uang itu tidak beranak, tapi berbuah (berkah). Beranaknya tidak ada. Kalau buahnya banyak. Sampe saat ini uang itu saya simpan. Ini uang berkah dari kyai kholil.
Setelah keesokan harinya saya mau berangkat ke Jombang, saya dipanggil lagi oleh kyai kholil.
Kyai kholil berkata. "As'ad, Kesini kamu, kamu cepat sekarang berangkat ke jombang ya, uang yang kemarin itu masih ada tidak..?".
Kyai As'ad menjawab. "Iya kyai, uang yang dikasih kyai kemarin masih ada".
Kyai kholil berkata. "Iya, uang itu buat ongkos Kereta saja. apa dijalan nanti kamu tidak mau makan? Apa kamu tidak mau merokok? Kamu kan suka ngerokok?".
Kyai kholil berkata. " ini saya kasih uang lagi"
Saya (kyai As'ad) dikasih uang lagi 1 ringgit bulat oleh kyai Kholil. Saya simpan lagi. Saya sudah punya 5 rupiah pemberian kyai. Uang itu tidak saya apa-apakan, Masih ada sampai sekarang dirumah.
Lalu Kyai kholil keluar dan berkata. " As'ad, Ini tongkat kasihkan ke Hasyim As'ari ya… (waktu Kyai Kholil memberi tongkat itu membaca surat Thaha: 17-21)…
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى ﴿١٧﴾ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى ﴿١٨﴾ قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى ﴿٢١﴾
Artinya. "Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkata Musa. "Ini adalah tongkatku, aku berpegangan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula". (QS. Thaha.17-2)
Karena saya (kyai As'ad) waktu itu masih anak muda, masih tampan, gagah perkasa (sekarang saja sudah keriput) gagah pakai tongkat, maka dilihat terus sama orang-orang dijalan.
Kata orang Arab Ampel "Orang ini gila, masih muda kok pegang tongkat". Ada yang lain bilang: "Ini orang wali". Wah pokoknya macam-macam perkataan orang orang dijalan. Ada yang bilang saya gila lagi. Ada yang bilang wali.
Saya tidak mau tahu. Saya hanya disuruh kyai kholil. Wali atau tidak, gila atau tidak terserah kamu.
Saya terus berjalan. Dijalanan saya terus diolok-olok, gila. Karena masih muda pakai tongkat.
Jadi perkataan orang-orang itu tidak bisa diikuti. Rusak semua. yang menghina terlalu parah. Yang memuji pun juga keterlaluan. Jadi ini ujian buat saya. Saya sadar lagi diuji oleh Kyai kholil.
Saya terus berjalan tampa memperdulikan omongan oran orang.
Setelah Sampai di Tebuireng jombang.
Kyai Hasyim bertanya. "Siapa ini?".
Kyai As'ad. "Saya Kyai".
Kyia hasyim. "Anak mana?".
kyai As'ad. "Dari bangkalan Madura, Kyai".
Kyai Hasyim. "Siapa namanya?".
Kyai As'ad. "As'ad kyai".
kyai Hasyim. "Anaknya siapa?".
Kyai As'ad. "Anaknya Ndoro Ibrahim haji Syamsul Arifin kyai".
Kyai Hasyim. "Anaknya Maimunah kamu ya nak?".
Kyai As'ad. "Ya, Kyai".
Kyai Hasyim. "Keponakanku kamu, Nak".
Kyai Haayim. "Ada apa nak?".
Kyai As'ad menjawab. "Begini Kyai, saya Ini kesini disuruh(ekon pakon) Kyai Kholil bangkalan untuk mengantar tongkat ini".
Kyai Hasyim bertanya. "Tongkat apa nak, bagaimana ceritanya?"
Kyai As'ad menjawab. "Ini tongkat dari kyai kholil, Kyai".
Kyai Hasyim menjawab. "Sebentar, sebentar, Bagaimana ceritanya?"
(kyai As'ad berkata) karena kyai Hasyim As'ari Ini orang yang sadar.
Kyai yang pintar dan hadziq (cerdas) maka Tongkat itu tidak langsung diambil. Tapi ditanya dulu mengapa saya diberi tongkat.
Lalu saya (kyai As'ad) menyampaikan kepada kyai Hasyim Asy'ari apa yang disampaikan oleh Kyai Kholil, yaitu membaca ayat ini….
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى ﴿١٧﴾ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى ﴿١٨﴾ قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى ﴿٢١﴾
Kyai Hasyim berkata. "Alhamdulillah, Nak. Alhamdulillah Nak, Saya tulus, saya tulus ingin mendirikan Jamiyatul Ulama, Saya teruskan kalau begini. Tongkat ini adalah tongkatnya Nabi Musa As yang diberikan Kyai Kholil kepada saya, Inilah rencana kita mendirikan Jamiyah Ulama (Belum ada Nahdlatul Ulama)".
Saya (kyai As'ad waktu itu) belum pernah mendengar kabar akan mendirikan Jamiyah Ulama. Saya tidak mengerti.
Setelah memberikan tongkat itu ke kyai Hasyim Asy'ari, saya (kyai As'ad) terus pamit mau pulang.
Kyai Hasyim. "Mau pulang kamu nak?".
Kyai As'ad. "Iya, Kyai".
Kyai Hasyim. "Cukup uang sakunya?"
Kyai As'ad. "Iya Cukup Kyai, Saya cuma minta didoakan saja Kyai".
Kyai Hasyim. "Ya, mari… (Kyai Hasyim berdoa lama banget, sambil menangis)
Selesai berdoa Kyai Hasyim berkata. "Haturkan salam takdhim saya sama Kyai Kholil ya, bahwa rencana saya ini tulus, dan tulus ingin mendirikan Jamiyatul Ulama dan akan tetap diteruskan".
Inilah asalnya Jamiyatul Ulama.
Pada Tahun 1924 akhir, saya (kyai As'ad) dipanggil lagi oleh Kyai Kholil.
Kyai kholil berkata. "As'ad, kesini kamu.! Kamu tidak lupa rumahnya Hasyim As'ary kemarin itu kan?"
Kyai As'ad. "Tidak, Kyai".
Kyai Kholil. "Hasyim Asy'ari?"
Kyai As'ad. "Ya, Kyai"
Kyai kholil. "Dimana rumahnya As'ad".
Kyai As'ad. "Si tebuireng kyai".
Kyai kholil. "Darimana dia asalnya?"
Kyai As'ad menjawab. "Dari Keras (Jombang) Putranya Kyai Asyari Keras kyai".
Kyai kholil. "Ya, benar itu. Dimana Keras itu?".
Kyai As'ad. "Di baratnya Seblak itu kyai".
Kyai kholil. "Ya bner itu, kok tahu betul kamu?"
Kyai As'ad. "Iya, Kyai".
Kyai kholi berkata. "Ini tasbih Antarkan ke Hasyim Asy'ari ya"
kyai As'ad. "Ya, Kyai".
Kemudian kyai Kholil memiberi uang 1 ringgit, jampelan dua, dan rokok satu. Saya kumpulkan. Semuanya menjadi 3 ringgit dengan yang dulu. Tidak ada yang saya pakai. Apa hikmahnya ini, Saya ingin tahu buahnya.
Terus, pagi harinya Kyai kholil keluar dari dhalem, setelah turun dari musholla. Memanggil manggil saya.
Kyai kholil berkata. "As'ad Kesini kamu, sana kamu makan dulu ke dapur!"
Kyai As'ad menjawab. "Tidak terimakasih Kyai. Tadi saya sudah makan jajan dan minum wedang".
Kyai kholil. "Darimana kamu dapat itu semua?"
Kyai As'ad menjawab. "Saya beli di jalan (lorong) Kyai"
Kyai kholil berkata. "Jangan suka membeli makanan di jalan, dan Jangan makan di jalan... Santri kok makan di jalan?"
Kyai As'ad menjawab. "Iya, Kyai".
(Saya dimarahi kyai kholil karena suka makan makan dijalan).
Kyai kholil berkata. "Santri masih muda kok sudah menjual harga dirinya?"
(Akhirnya saya ditanya)
Kyai kholil. "Apa uang sakunya kemarin itu Cukup?"
Kyai As'ad. "Cukup, Kyai"
Kyai kholil. "Tidak, ini saya kasih lagi.!"
Akhirnya saya diberi uang lagi oleh Kyai Kholil, uang 1 ringgit. Saya simpan lagi.
Kemudian TASBIH itu dipegang ujungnya oleh kyai kholil, Seraya berkata: "Yaa Jabbar, Yaa Jabbar, Yaa Jabbar. Yaa Qahhar, Yaa Qahhar, Yaa Qahhar".
Jadi "Yaa Jabbar" 1kali putaran tasbih.
"Yaa Qahhar" 1kali putaran tasbih.
(Saya disuruh dzikir kali sm kyai…)
Kyai kholil berkata. "Ini" (nyuruh ambil tasbih itu)
Lalu Saya tengadahkan leher saya ke hadapan kyai kholil.
Kyai kholil berkata "Kok lehernya yang di kasih As'ad..?"
Kyai As'ad menjawab. "Iya Kyai. Tolong tasbihnya diletakkan di leher saya saja supaya tidak terjatuh".
Kyai kholil berkata. "Ya tidak apa apa, kalau begitu".
Lalu saya berangkat ke jombang, saya dalam perjalanan ke jombang itu berkalung tasbih. Masih muda berkalung tasbih.
Saya berjalan lagi, bertemu kembali dengan yang membicarakan saya dulu itu.
Mereka berkata. "Ini orang yang megang tongkat dulu itu?" .Yang lain berkata. "Wah.. Hadza majnun". Ada yang bilang "wali", ya seperti perjalanan yang pertama itu. Jadi saya tidak menjawab. Saya tidak bicara kalau belum bertemu dengan Kyai Hasyim As'ari.
Selama dalam perjalanan Saya berpuasa. Saya tidak bicara, tidak makan, tidak merokok, karena ini amanatnya Kyai kholil. Saya tidak berani berbuat macem macem.
Sebagaimana kepada Rasulullah, ini kepada guru, Saya tidak berani. Saya berpuasa. Saya tidak makan, tidak minum tidak merokok. Tidak terpakai uang saya.
Ada yang menarik selama dalam perjalanan itu. "karcis....! karcis...! Ongkos...!" Saya tidak ditanya, Saya pikir ini karena tasbih dan tongkat kyai kholil itu.
Dalam kereta saya pura-pura tidur karena memang tidak punya karcis. Jadi selama perjalanan 2 kali itu saya tidak pernah membeli karcis / tidak ngasih ongkos. Mungkin karena tidak melihat saya.
Ini sudah jelas karomahnya kyai kholil. Jadi Auliya' itu punya karomah. Saya semakin yakin dengan karomah. Saya semakin yakin.
Saya lalu sampai di Tebuireng,
Kyai Hasyim Asy'ari bertanya. "Apa itu nak?"
Kyai As'ad menjawab. "Saya disuruh kyai kholil mengantarkan tasbih ini kyai"
Kyai Hasyim berkata. "MasyaAllah, MasyaAllah. Saya diperhatikan betul oleh guru saya (kyai Kholil). Mana tasbihnya, mana tasbihnya?"
Kyai As'ad menjawab. "Ini, Kyai" (dengan menjulurkan lehernya).
kyai Hasyim berkata. "Lho kok ada dilehermu nak?"
Kyai As'ad menjawab. "Iya Ini, tasbihnya Kyai, Tasbih ini dikalungkan langsung oleh Kyai kholil ke leher saya, sampai sekarang saya tidak berani memegangnya. Saya takut su'ul adab (tidak sopan) terhadap guru saya kyai (kholil kyai). Sebab tasbih ini untuk kyai. Saya hanya pesuruh, tidak akan berbuat apa-apa terhadap barang milik kyai".
Kemudian TASBIH itu diambil oleh Kyai Hasyim Asy'ari.
Kyai hasyim berkata. "Apa kata Kyai kholil?".
Kyai As'ad menjawab. "Yaa Jabbar, Yaa Jabbar, Yaa Jabbar. Yaa Qahhar, Yaa Qahhar, Yaa Qahhar".
Kyai Hasyim berkata. "Siapa yang berani pada NU akan hancur. Siapa yang berani pada ulama akan hancur"...
Pada tahun 1925.M, Kyai Kholil Bin Abd Latif wafat, bertepatan dengan tanggal 29 Ramadhan. Banyak orang berserakan.
Akhirnya pada tahun 1926 bulan Rajab diresmikan Jamiyatul Ulama. Ini sudah dibuat, organisasi sudah disusun.
Termasuk yang menyusun adalah Kyai Dahlan dari Nganjuk, yang membuat anggaran dasar.
Kemudian para ulama sidang lagi untuk mengutus kepada gubernur jenderal.
Ya, seperti itulah yang dapat saya ceritakan…
********
Demikian isi pidato RKH As'ad Syamsul Arifin.
Semoga bermenfaat, Amiin..
Lahumul Fatihah.....
********
Shollu Alan Nabi Muhammad...
Sumber: berbagai sumber.
Title : Sejarah Berdirinya NU ( Nahdlatul Ulama ) berdasar translit RKH. As'ad Syamsul Arifin
Description : "Teks Translit Pidato RKH. As'ad Syamsul Arifin tentang Awal berdirinya Jam'iyah NU" ********** Oleh. Alm RKH As...
Description : "Teks Translit Pidato RKH. As'ad Syamsul Arifin tentang Awal berdirinya Jam'iyah NU" ********** Oleh. Alm RKH As...
0 Response to "Sejarah Berdirinya NU ( Nahdlatul Ulama ) berdasar translit RKH. As'ad Syamsul Arifin"
Post a Comment